Sebuah Dilema dalam Bersyukur

on

Waktu gue masih kecil, gue enggak sabar untuk jadi dewasa.
Waktu gue sudah dewasa, pengen rasanya gue balik lagi jadi seorang anak kecil yang enggak perlu musingin apa-apa.

Kalau dipikir-pikir konyol juga ya. Kenapa yang namanya manusia susah banget untuk menerima kenyataan yang ada di depan mata. Apakah itu memang sudah tertanam dalam gen kita sebagai seorang manusia? Untuk menjadi tidak pernah puas akan apa yang kita miliki?

Sadar enggak sadar, keinginan untuk terus mencapai lebih sebenarnya adalah sebagian dari survival skill kita. Bayangkan kalau nenek moyang kita, si manusia purba, tidak pernah berpikir untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Mungkin mereka enggak akan pernah belajar bagaimana caranya bercocok tanam atau berkebun. Dan akibatnya, mungkin peradaban modern manusia seperti sekarang ini tnggak akan pernah ada. Mungkin yang namanya manusia bakal masih pegang lembing dan berburu rusa di hutan.

Sadar enggak sadar, semua kemajuan yang dibikin oleh manusia sebenarnya bersumber dari rasa ketidakpuasan terhadap apa yang mereka miliki saat itu. Karena itu mereka menginginkan sesuatu yang lebih. Karena itu mereka berusaha untuk berkembang menjadi lebih baik. Jujur saja, bila Thomas Alfa Edison cukup merasa puas membaca buku di malam hari menggunakan lilin, mungkin dia tidak akan pernah berusaha keras menemukan lampu pijar.

Lantas, bila rasa tidak puas memang diperlukan, mengapa kita selalu dianjurkan untuk menerima apa yang kita miliki apa adanya? Mengapa kita selalu diajarkan untuk bersyukur dan menikmati apa yang kita miliki, bukannya menginginkan apa yang menjadi milik orang lain? Karena, sebesar apapun passion yang bisa dihasilkan oleh rasa ketidakpuasan, ketika rasa itu menjadi berlebihan, dia akan mengubah kita menjadi orang yang serrakah. At some point, rasa tidak puas yang berlebihan itu dapat menghancurkan diri kita juga. Karena bila kita tidak tahu batasannya, kita akan menjadi seperti seekor anjing yang terus berputar mengejar ekornya sendiri. Akhirnya, anjing itu kelelahan dan enggak mendapatkan hasil apa-apa.

Ya, gue memang kadang ngerasa enggak puas dengan apa yang gue miliki sekarang. Banyak banget kalimat-kalimat yang diawali dengan kata-kata “I wish…” di dalam kepala gue. Tapi jujur aja, kalau ditanya hal apa di masa lalu gue yang pengen gue ubah, gua akan jawab: enggak ada! Karena buat gue, segala “I wish…” yang sudah berlalu itu hanyalah sebatas harapan dan pengingat supaya gue enggak melakukan kesalahan yang sama di masa depan. Sementara apa yang sudah gue punya sekarang, itulah modal yang gue punya untuk melangkah terus menyongsong hari esok.

Jadi, mungkin kadang gue memang kebanyakan berkhayal. Terlalu banyak menginginkan hal-hal yang saat ini gue gak punya. Tapi setelah bengong terlalu lama, gue harus selalu mengingatkan diri gue untuk bangun. Gue gak mungkin memiliki segala hal yang sempurna. Tapi bukan berarti apa yang gue miliki sekarang ini enggak semuanya sempurna. Dan buat semuanya itu, gue akan bersyukur sekaligus tetap berusaha untuk mengejar yang lebih baik. Buat gue dan semua orang di sekitar gue.

Spread love, not hatred…

hiLda

Leave a comment